Bismillah

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Jumat, 09 November 2012

99 Nama Allah SWT Asmaul Husna - Sembilan Puluh Sembilan Sebutan Tuhan Asma'ul Husnah

Di dalam kitab suci Al-Qur'an Allah SWT disebut juga dengan nama-nama sebutan yang berjumlah 99 nama yang masing-masing memiliki arti definisi / pengertian yang bersifat baik, agung dan bagus. Secara ringkas dan sederhana Asmaul Husna adalah sembilanpuluhsembilan nama baik Allah SWT.
Firman Allah SWT dalam surat Al-Araf ayat 180 :
"Allah mempunyai asmaul husna, maka bermohonlah kepadaNya dengan menyebut asmaul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-namaNya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan".
Berikut ini adalah 99 nama Allah SWT beserta artinya :
1. Ar-Rahman (Ar Rahman) Artinya Yang Maha Pemurah
2. Ar-Rahim (Ar Rahim) Artinya Yang Maha Mengasihi
3. Al-Malik (Al Malik) Artinya Yang Maha Menguasai / Maharaja Teragung
4. Al-Quddus (Al Quddus) Artinya Yang Maha Suci
5. Al-Salam (Al Salam) Artinya Yang Maha Selamat Sejahtera
6. Al-Mu'min (Al Mukmin) Artinya Yang Maha Melimpahkan Keamanan
7. Al-Muhaimin (Al Muhaimin) Artinya Yang Maha Pengawal serta Pengawas
8. Al-Aziz (Al Aziz) Artinya Yang Maha Berkuasa
9. Al-Jabbar (Al Jabbar) Artinya Yang Maha Kuat Yang Menundukkan Segalanya
10. Al-Mutakabbir (Al Mutakabbir) Artinya Yang Melengkapi Segala kebesaranNya
11. Al-Khaliq (Al Khaliq) Artinya Yang Maha Pencipta
12. Al-Bari (Al Bari) Artinya Yang Maha Menjadikan
13. Al-Musawwir (Al Musawwir) Artinya Yang Maha Pembentuk
14. Al-Ghaffar (Al Ghaffar) Artinya Yang Maha Pengampun
15. Al-Qahhar (Al Qahhar) Artinya Yang Maha Perkasa
16. Al-Wahhab (Al Wahhab) Artinya Yang Maha Penganugerah
17. Al-Razzaq (Al Razzaq) Artinya Yang Maha Pemberi Rezeki
18. Al-Fattah (Al Fattah) Artinya Yang Maha Pembuka
19. Al-'Alim (Al Alim) Artinya Yang Maha Mengetahui
20. Al-Qabidh (Al Qabidh) Artinya Yang Maha Pengekang
21. Al-Basit (Al Basit) Artinya Yang Maha Melimpah Nikmat
22. Al-Khafidh (Al Khafidh) Artinya Yang Maha Perendah / Pengurang
23. Ar-Rafi' (Ar Rafik) Artinya Yang Maha Peninggi
24. Al-Mu'izz (Al Mu'izz) Artinya Yang Maha Menghormati / Memuliakan
25. Al-Muzill (Al Muzill) Artinya Yang Maha Menghina
26. As-Sami' (As Sami) Artinya Yang Maha Mendengar
27. Al-Basir (Al Basir) Artinya Yang Maha Melihat
28. Al-Hakam (Al Hakam) Artinya Yang Maha Mengadili
29. Al-'Adl (Al Adil) Artinya Yang Maha Adil
30. Al-Latif (Al Latif) Artinya Yang Maha Lembut serta Halus
31. Al-Khabir (Al Khabir) Artinya Yang Maha Mengetahui
32. Al-Halim (Al Halim) Artinya Yang Maha Penyabar
33. Al-'Azim (Al Azim) Artinya Yang Maha Agung
34. Al-Ghafur (Al Ghafur) Artinya Yang Maha Pengampun
35. Asy-Syakur (Asy Syakur) Artinya Yang Maha Bersyukur
36. Al-'Aliy (Al Ali) Artinya Yang Maha Tinggi serta Mulia
37. Al-Kabir (Al Kabir) Artinya Yang Maha Besar
38. Al-Hafiz (Al Hafiz) Artinya Yang Maha Memelihara
39. Al-Muqit (Al Muqit) Artinya Yang Maha Menjaga
40. Al-Hasib (Al Hasib) Artinya Yang Maha Penghitung
41. Al-Jalil (Al Jalil) Artinya Yang Maha Besar serta Mulia
42. Al-Karim (Al Karim) Artinya Yang Maha Pemurah
43. Ar-Raqib (Ar Raqib) Artinya Yang Maha Waspada
44. Al-Mujib (Al Mujib) Artinya Yang Maha Pengkabul
45. Al-Wasi' (Al Wasik) Artinya Yang Maha Luas
46. Al-Hakim (Al Hakim) Artinya Yang Maha Bijaksana
47. Al-Wadud (Al Wadud) Artinya Yang Maha Penyayang
48. Al-Majid (Al Majid) Artinya Yang Maha Mulia
49. Al-Ba'ith (Al Baith) Artinya Yang Maha Membangkitkan Semula
50. Asy-Syahid (Asy Syahid) Artinya Yang Maha Menyaksikan
51. Al-Haqq (Al Haqq) Artinya Yang Maha Benar
52. Al-Wakil (Al Wakil) Artinya Yang Maha Pentadbir
53. Al-Qawiy (Al Qawiy) Artinya Yang Maha Kuat
54. Al-Matin (Al Matin) Artinya Yang Maha Teguh
55. Al-Waliy (Al Waliy) Artinya Yang Maha Melindungi
56. Al-Hamid (Al Hamid) Artinya Yang Maha Terpuji
57. Al-Muhsi (Al Muhsi) Artinya Yang Maha Penghitung
58. Al-Mubdi (Al Mubdi) Artinya Yang Maha Pencipta dari Asal
59. Al-Mu'id (Al Muid) Artinya Yang Maha Mengembali dan Memulihkan
60. Al-Muhyi (Al Muhyi) Artinya Yang Maha Menghidupkan
61. Al-Mumit (Al Mumit) Artinya Yang Mematikan
62. Al-Hayy (Al Hayy) Artinya Yang Senantiasa Hidup
63. Al-Qayyum (Al Qayyum) Artinya Yang Hidup serta Berdiri Sendiri
64. Al-Wajid (Al Wajid) Artinya Yang Maha Penemu
65. Al-Majid (Al Majid) Artinya Yang Maha Mulia
66. Al-Wahid (Al Wahid) Artinya Yang Maha Esa
67. Al-Ahad (Al Ahad) Artinya Yang Tunggal
68. As-Samad (As Samad) Artinya Yang Menjadi Tumpuan
69. Al-Qadir (Al Qadir) Artinya Yang Maha Berupaya
70. Al-Muqtadir (Al Muqtadir) Artinya Yang Maha Berkuasa
71. Al-Muqaddim (Al Muqaddim) Artinya Yang Maha Menyegera
72. Al-Mu'akhkhir (Al Muakhir) Artinya Yang Maha Penangguh
73. Al-Awwal (Al Awwal) Artinya Yang Pertama
74. Al-Akhir (Al Akhir) Artinya Yang Akhir
75. Az-Zahir (Az Zahir) Artinya Yang Zahir
76. Al-Batin (Al Batin) Artinya Yang Batin
77. Al-Wali (Al Wali) Artinya Yang Wali / Yang Memerintah
78. Al-Muta'ali (Al Muta Ali) Artinya Yang Maha Tinggi serta Mulia
79. Al-Barr (Al Barr) Artinya Yang banyak membuat kebajikan
80. At-Tawwab (At Tawwab) Artinya Yang Menerima Taubat
81. Al-Muntaqim (Al Muntaqim) Artinya Yang Menghukum Yang Bersalah
82. Al-'Afuw (Al Afuw) Artinya Yang Maha Pengampun
83. Ar-Ra'uf (Ar Rauf) Artinya Yang Maha Pengasih serta Penyayang
84. Malik-ul-Mulk (Malikul Mulk) Artinya Pemilik Kedaulatan Yang Kekal
85. Dzul-Jalal-Wal-Ikram (Dzul Jalal Wal Ikram) Artinya Yang Mempunyai Kebesaran dan Kemuliaan
86. Al-Muqsit (Al Muqsit) Artinya Yang Maha Saksama
87. Al-Jami' (Al Jami) Artinya Yang Maha Pengumpul
88. Al-Ghaniy (Al Ghaniy) Artinya Yang Maha Kaya Dan Lengkap
89. Al-Mughni (Al Mughni) Artinya Yang Maha Mengkayakan dan Memakmurkan
90. Al-Mani' (Al Mani) Artinya Yang Maha Pencegah
91. Al-Darr (Al Darr) Artinya Yang Mendatangkan Mudharat
92. Al-Nafi' (Al Nafi) Artinya Yang Memberi Manfaat
93. Al-Nur (Al Nur) Artinya Cahaya
94. Al-Hadi (Al Hadi) Artinya Yang Memimpin dan Memberi Pertunjuk
95. Al-Badi' (Al Badi) Artinya Yang Maha Pencipta Yang Tiada BandinganNya
96. Al-Baqi (Al Baqi) Artinya Yang Maha Kekal
97. Al-Warith (Al Warith) Artinya Yang Maha Mewarisi
98. Ar-Rasyid (Ar Rasyid) Artinya Yang Memimpin Kepada Kebenaran
99. As-Sabur (As Sabur) Artinya Yang Maha Penyabar / Sabar

Sumber : www.organisasi.org
»»  LANJUTKAN...

Inilah Al-Qur'an Tertua di Dunia

Disebuah sudut gelap ibukota negara Uzbekistan yaitu Tashkent, terdapat satu peninggalan paling bersejarah bagi umat Islam, yaitu Al-Qur'an paling tua di dunia yang masih ada hingga saat ini. Al-Qur'an ini berasal dari masa pemerintahan khalifah ketiga yaitu Utsman bin Affan.



Utsman bin Affan merupakan perintis pembukuan Al-Qur'an pertama, setelah sebelumnya Al-Qur'an hanya dihafal atau ditulis di atas lembaran kayudan tulang unta. Pembukuan Al-Qur'an pertama ini dilakukan Utsman bin Affan ketika berada di Madinah. Pembukuan Al-Qur'an ini selesai pada tahun 651 atau 19 tahun setelah meninggalnya Rasulullah SAW.

Pembukuan ini dilakukan Utsman untuk mencegah perselisihan dan perbedaan versidari ayat Al-Qur'an, sehingga beliau memutuskan untuk membukukannya di Tashkent, Al-Qur'an ini di simpan di sebuah kawasan yang dikenal dengan nama Hast-Imam sebuah lokasi yang jauh dari keramaian orang.


Letak lokasi penyimpanan Al-Qur'an ini berdekatan dengan makam ilmuwan dari abad ke-10, yaitu Kaffel Sashi. Penyimpanan Al-Qur'an ini berada di kawasan bangunan yang menjadi pusat aktivitas Mufti Uzbekistan atau pimpinan keagamaan tertinggi di negara ini.


Al-Qur'an tertulis pertama yang dibukukan ini sangatlah berharga, karenanya ia di simpan dalam sebuah lemari kaca yang menempel ke dinding. Sayangnya, karena sudah berusia ratusan tahun, Al-Qur'an ini tidak utuh lagi. Saat ini yang tersisa hanya tinggal sepertiganya saja atau sekitar 250 halaman lagi. Ayat-ayatnya ditulis dalam bahasa Hejaz dan ditulis diatas kulit rusa.


Disebutkan bahwa Khalifah Utsman membuat lima salinan dari Al-Qur'an ini dan menyebarkannya ke berbagai wilayah Islam. Selain yang ada di Tashkent, salinan lainnya juga masih tersimpan di Topkapi Palace di Istanbul, Turki.


Tidak jauh dari lokasi penyimpanan Al-Qur'an , ada juga sebuah rumah yang ternyata menaungi benda bersejarah lainnya, yaitu helai rambut Rasulullah SAW. Selain Al-Qur'an tertua, helai rambut ini juga menjadi salah satu koleksi bersejarah yang dimiliki Asia Tengah dalam keterkaitan mereka dengan sejarah Islam.


Dilokasi yang sama juga terletak perpustakaan yang menyimpan kekayaan dengan koleksi bersejarahnya. ''Diperkirakan di perpustakaan itu ada sekitar 20 ribu buku dan tiga ribu naskah,''ujar Ikram Akhmedov, asisten sang mufti.


Buku-buku itu rata-rata adalah buku tentang sejarah abad pertengahan, astronomi, dan kedokteran. Namun ada juga Al-Qur'an dan buku-buku tentang ilmuhukum. ''Namun benda tertua di perpustakaan ini adalah Alquran yang berasal dari abad ketujuh atau dari masa pemerintahan khalifah Utsmanbin Affan,'' jelasnya.


Keberadaan Al-Qur'an tertua di dunia ini mengingatkan kita betapa kawasan Asia Tengah memberikan peranan sangat penting dalam sejarah perkembangan agama Islam. Ini juga merupakan fakta yang tidak bisa dipungkiri, bahwa harta karun umat Islam berada di negara yang dulunya merupakan pecahan negara komunis terbesar di dunia, yaitu Uni Soviet.


Sejarah sampainya Al-Qur'an dari dinasti pemerintahan Utsman bin Affan ke Tashkent ini sangatlah luar biasa. Setelah kematian Utsman bin Affan, sebagian orang menyatakan bahwa Al-Qur'an ini dibawa oleh Ali bin Abi Thalib ke Kuffah atau yang sekarang dikenal sebagai Irak.


Tujuh ratus tahun kemudian, ketika Tamerlane (penakluk kawasan Asia Tengah) datang ke daerah ini, ia menemukan Al-Qur'an ini dan membawanya ke ibu kotanya di Samarkand, Al-Qur'an ini berada di Samarkand lebih dari empat abad, hingga orang Rusia menaklukan kota ini pada tahun 1868.


Saat itu, Gubernur Rusia mengirimkan Al-Qur'an ini ke St Petersburg dimana Al-Qur'an ini kemudian di simpan di perpustakaan kerajaan. Namun setelah pecahnya revolusi Bolshevik, Lenin yang sangat bernafsu menguasai daerah umat Islam mengirimkan Al-Qur'an ini ke Ufa atau yang kemudian dikenal sebagai Bashkortostan.


Namun akhirnya, setelah berulang kali diminta oleh Muslim Tashkent, Al-Qur'an ini akhirnya kembali lagi ke Asia Tengah pada tahun 1924. Sejak saat itulah, Al-Qur'an ini ditempatkan di Tashkent dan berlangsung hingga saat ini. Sejak awal keberadaannya, Al-Qur'an ini telah menarik banyak orang termasuk petinggi umat Islam untuk mengunjunginya. Sehingga dirasakan sangat aneh karena Al-Qur'an ini masih ditempatkan di lokasi tersebut.


Barangkali ini merupakan ketakutan pemerintahan Uzbekistan yang banyak diwarisi oleh nilai-nilai dari era komunis Soviet. Hingga kini mereka masih tidak mempercayai Islam karenanya mereka juga masih memandang Islam dengan penuh kecurigaan.


Muftiyang juga mengelola serta menjaga keberadaan benda ini menyatakan bahwa Al-Qur'an ini tidak dipertontonkan dan dijaga agar tidak terlalu menarik banyak perhatian. Ini dilakukan untuk menjaganya dari hal-hal negatif yang mungkin terjadi.
 
»»  LANJUTKAN...

Kamis, 08 November 2012

Keistimewaan Bulan Muharram

Nabi Muhammad Saw bersabda, “Ibadah puasa yang paling baik setelah puasa Ramadan adalah berpuasa di bulan Muharram.” Meski puasa di bulan Muharram bukan puasa wajib, tapi mereka yang berpuasa pada bulan Muharram akan mendapatkan pahala yang besar dari Allah Swt. Khususnya pada tanggal 10 Muharram yang dikenal dengan hari ‘Asyura. Ibnu Abbas mengatakan, ketika Nabi Muhammad Saw hijrah dari Makkah ke Madinah, beliau menjumpai orang-orang Yahudi di Madinah biasa berpuasa pada tanggal 10 Muharram. Menurut orang-orang Yahudi itu, tanggal 10 Muharram bertepatan dengan hari ketika Nabi Musa dan  pengikutnya diselamatkan dari kejaran bala tentara Firaun dengan melewati Laut Merah, sementara Firaun dan tentaranya tewas tenggelam. Mendengar hal ini, Nabi Muhammad Saw mengatakan, “Kami lebih dekat hubungannya dengan Musa daripada kalian” dan langsung menyarankan agar umat Islam berpuasa pada hari ‘Asyura. Bahkan dalam sejumlah tradisi umat Islam, pada awalnya berpuasa pada hari ‘Asyura  diwajibkan. Kemudian, puasa bulan Ramadhan-lah yang diwajibkan sementara puasa pada hari ‘Asyura disunahkan.Dikisahkan bahwa Aisyah mengatakan, “Ketika Rasullullah tiba di Madinah, ia berpuasa pada hari ‘Asyura dan memerintahkan umatnya untuk berpuasa. Tapi ketika puasa bulan Ramadhan menjadi puasa wajib, kewajiban berpuasa itu dibatasi pada bulan Ramadhan saja dan  kewajiban puasa pada hari ‘Asyura dihilangkan. Umat Islam boleh berpuasa pada hari itu jika dia mau atau boleh juga tidak berpuasa, jika ia mau.” Namun, Rasulullah Saw biasa berpuasa pada hari ‘Asyura bahkan setelah melaksanakan puasa wajib di bulan Ramadhan. Abdullah Ibn Mas’ud mengatakan, “Nabi Muhammad lebih memilih berpuasa pada hari ‘Asyura dibandingkan hari lainnya dan lebih memilih berpuasa Ramadhan dibandingkan puasa ‘Asyura.” (HR Bukhari dan Muslim). Pendek kata, disebutkan dalam sejumlah hadist bahwa puasa di hari ‘Asyura hukumnya sunnah.
Beberapa hadits menyarankan agar puasa hari ‘Asyura diikuti oleh puasa satu hari sebelum atau sesudah puasa hari ‘Asyura. Alasannya, seperti diungkapkan oleh Nabi Muhammad Saw, orang Yahudi hanya berpuasa pada hari ‘Asyura saja dan Rasulullah ingin membedakan puasa umat Islam dengan puasa orang Yahudi. Oleh sebab itu ia menyarankan umat Islam berpuasa pada hari ‘Asyura ditambah puasa satu hari sebelumnya atau satu hari sesudahnya (tanggal 9 dan 10 Muharram atau tanggal 10 dan 11 Muharram). Selain berpuasa, umat Islam disarankan untuk banyak bersedekah dan menyediakan lebih banyak makanan untuk keluarganya pada 10 Muharram. Tradisi ini memang tidak disebutkan dalam hadist, namun ulama seperti Baihaqi dan Ibnu Hibban menyatakan bahwa hal itu boleh dilakukan.

»»  LANJUTKAN...

Tahun Baru 1 Muharram 1434 H

Bulan Purnama membadar 100% start 29 Oktober pk. 09:30 hingga 30 Oktober pk. 20:30, durasi purnama pada tanggal 30 lebih lama maka dijadikan sebagai Malam Nishfu sehingga esok harinya yaitu tanggal 31 Oktober sebagai pertengahan/nishfu bulan Dzulhijjah, dari pertengahan Dzulhijjah tersebut/31-Nov + 15 hari kedepan maka akan muncul bulan sabit lagi yaitu sebagai awal bulan Muharram. Jadi 16 November 2012  (31+15-30=16) akan berkorespondensi dengan 1 Muharram 1434 H sebagai tahun baru kalender Hijriyah.  Berbicara pasti-alam merupakan ucapan tersembunyi dari peristiwa sosial budaya, pada momen-momen sakral dalam menentukan bulan sabit sebagai tanggal satu seringnya ribut melulu antar ormas sehingga pemerintah dan masyarakat dibuatnya bingung, nyatanya begitu mudah konsepnya tidak harus canggih banget, padahal ada yang jauh lebih penting dari fenomena keributan semua itu yakni: Spt Dia Allah yang telah menjadikan Matahari menyinari (dhiyaa’an) Bulan memantulkan sinar (nuuran); dengan adanya sinar pantul maka dapat terlihat piring-gelas, teko, gorengan sehingga orang jalan tidak nabrak-nabrak demikianlah ucapan tersembunyi bahwa Qur’an sebagai sinar pantul dari penciptanya yang diturunkan kepada Muhammad s.a.w. via malaikat jibril sehingga sekeliling dapat dilihat, sehingga hidup jadi terang tidak nabrak-nabrak/mabukkepayang, tidak sikut-sikutan/jegalmenjegal, tidak kebablasan/ dictator/ ego, tidak kejeglong/korap, tidak raba-raba/campuraduk, jalan tol atau shiraatal terlihat karna ada sinar pantul. Sinar pantul rembulan kalo lagi membadar cerah 100% lantas surut ketika menuju sabit nanti membadar lagi demikianlah ucapan tersembunyi bahwa mud orang kembung-kempes atau naik-turun, agar kembung terus strategi Al Muzzamil dipertahankan. Karena serangan datang terus menerus dari segala arah/penjuru maka siapkan kanalisasi/bentengi diri dalam kondisi duduk berdiri berbaring lindungi diri, bahkan mau masuk wc pun baca, tidak ada penggerak kehidupan apapun sehingga kaki melangkah ke wc melainkan/kecuali Allah dengan ajaranan ilmunya yakni Qur’an menurut sunah rasul telah mengatur system metabolisma pencernaan sehingga mendorong kotoran tai agar keluar dari tubuh sehingga tubuh bersih dari kotoran juga halnya pikiran kotor bersihkan dari otak bersama sama keluarnya kotoran tai, karna Qur’an tidak akan menyentuhnya kecuali mereka membersihkan dulu dari kotoran-kotoran tanggapan ilmunya mistisisme santetisme demitisme animisme batuisme pusakaisme leakisme genderwoisme lorodisme mantraisme pocongisme kebalisme jahiliyah Wasama’gairamusma’in dan ‘ashaynaa.

Sumber : www.staff.unila.ac.id
»»  LANJUTKAN...

Cara Mengetahui Tanggal Lahir dalam Penanggalan Hijriyah

Sebagai umat Islam kita kadang lupa bahwa kita punya sistem penanggalan sendiri dengan nama Hijriyah, dan bila ditanya tanggal dan bulan Hijriyah sekarang sebagian dari kita umat Islam tidak tahu, jangankan tanggal, nama bulan-bulan Hijriyah saja tidak hafal. Terrrlaluuuu,,, kata bang haji Roma Irama.....
  Berikut sedikit mengenai sejarah penanggalan Islam yang saya kutip dari Republika. Seperti diketahui, peristiwa hijrah Rasulullah itu terjadi pada hari Kamis, bertepatan dengan 15 Juli 622 M. Mulai tahun itulah dihitung sebagai tahun hijriyah. Berbeda dengan tahun masehi yang dimulai pada 1 Januari, sistem penanggalan Islam diawali pada 1 Muharram. Dan, dalam setahun, sama-sama berisi 12 bulan.
   Kendati penerapan kalender hijriyah merujuk pada tahun hijrahnya Rasulullah dari Makkah ke Madinah, penanggalan tersebut resmi digunakan setelah 17 tahun kemudian saat sistem pemerintahan Islam dipimpin oleh Khalifah Umar bin Khattab. 
   Penetapan awal tahun hijriyah yang dilakukan Khalifah Umar ini merupakan upaya dalam merasionalisasikan berbagai sistem penanggalan yang digunakan pada masa pemerintahannya. Kadang, sistem penanggalan yang satu tidak sesuai dengan sistem penanggalan yang lain sehingga sering menimbulkan persoalan dalam kehidupan umat. 
  Pada sistem kalender hijriyah, sebuah hari atau tanggal dimulai ketika terbenamnya matahari di tempat tersebut. Kalender hijriyah dibangun berdasarkan rata-rata silkus sinodik bulan yang memiliki 12 bulan dalam setahun. Dengan menggunakan siklus sinodik bulan, bilangan hari dalam satu tahunnya adalah (12 x 29,53059 hari = 354,36708 hari). Hal inilah yang menjelaskan hitungan satu tahun kalender hijriyah lebih pendek sekitar 11 hari dibanding dengan penghitungan satu tahun dalam kalender masehi.  
   Penentuan awal bulan ditandai dengan munculnya penampakan bulan sabit pertama kali (hilal) setelah bulan baru (konjungsi atau ijtimak). Pada fase ini, bulan terbenam sesaat setelah terbenamnya matahari sehingga posisi hilal berada di ufuk barat. 
   Jika hilal tidak dapat terlihat pada hari ke-29, jumlah hari pada bulan tersebut dibulatkan menjadi 30 hari. Tidak ada aturan khusus bulan-bulan mana saja yang memiliki 29 hari dan mana yang memiliki 30 hari. Semuanya tergantung pada penampakan hilal.
   Nah, itu lah sekilas mengenai sejarah penanggalan Hijriyah, buat teman2 yang tidak punya tanggalan Hijriyah dirumah dan kebetulan lagi online, boleh liat Kalender Hijriyah Converter dari Alhabib's blog yang ada di paling bawah Blog ini. Kamu tinggal ubah tanggal masehi yang mau kamu cari dan liat hasil tanggal hijriyah nya, bahkan kamu bisa liat tanggal Lahir mu dalam tanggal Hijriyah.

»»  LANJUTKAN...

Perbedaan Al-Qur’an dengan Al-Hadits Al-Qudsi

Mungkin ada sebagian dari kita yang masih belum memahami perbedaan antara al-Qur’an (القرآن) dan al-Hadits al-Qudsi (الحديث القدسي). Kali ini saya akan coba memaparkannya, merujuk ke kitab Mabaahits fii ‘Uluum al-Qur’an karya Manna’ Khalil al-Qaththan (الأستاذ المشرف على الدراسات العليا بجامعة الإمام محمد بن سعود الإسلامية).
Berikut beberapa perbedaan al-Qur’an dengan al-Hadits al-Qudsi:
Pertama
Al-Qur’an al-Karim adalah kalamullah yang diwahyukan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan lafazh-Nya. Dengan al-Qur’an ini orang Arab ditantang, tetapi mereka tak mampu membuat seperti al-Qur’an ini, atau sepuluh surah yang serupa, bahkan satu surah sekalipun. Tantangan tersebut tetap berlaku, karena al-Qur’an merupakan mukjizat yang abadi hingga hari kiamat.
Sedangkan al-Hadits al-Qudsi tidak untuk menantang dan bukan merupakan mukjizat.

Kedua
Al-Qur’an al-Karim hanya dinisbahkan kepada Allah ta’ala, sehingga dikatakan: Allah ta’ala telah berfirman (قال الله تعالى).
Sedangkan al-Hadits al-Qudsi terkadang diriwayatkan dengan disandarkan kepada Allah ta’ala, dan nisbah kepada Allah ini merupakan nisbah insya’ (نسبة إنشاء), maka dikatakan: Allah ta’ala telah berfirman (قال الله تعالى) atau Allah ta’ala berfirman (يقول الله تعالى). Dan terkadang juga diriwayatkan dengan disandarkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, nisbah ini merupakan nisbah ikhbar (نسبة إخبار) karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menyampaikan hadits tersebut dari Allah, maka dikatakan: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda tentang apa yang diriwayatkan dari Tuhannya ‘Azza wa Jalla (قال رسول الله صلى الله عليه و سلم فيما يرويه عن ربه عز و جل).
Ketiga
Al-Qur’an al-Karim keseluruhannya diriwayatkan secara mutawatir (منقول بالتواتر), sehingga kedudukannya qath’iy ats-tsubut (pasti, tanpa ada keraguan sedikitpun, bahwa ia berasal dari Allah ta’ala).
Sedangkan al-Ahaadits al-Qudsiyah (الأحاديث القدسية, jamak dari al-Hadits al-Qudsi) kebanyakannya adalah akhbaar ahaad (أخبار آحاد), sehingga kedudukannya zhanniyah ats-tsubut (diduga, tidak bisa dipastikan 100% penyandarannya kepada Allah ta’ala atau Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam). Ada kalanya al-Hadits al-Qudsi itu shahih, kadang-kadang hasan dan terkadang juga dha’if.
Keempat
Al-Qur’an al-Karim dari Allah, lafazh dan maknanya. Maka ia adalah wahyu, baik lafazh maupun maknanya.
Sedangkan al-Hadits al-Qudsi maknanya saja yang dari Allah, sedangkan lafazhnya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Al-Hadits al-Qudsi adalah wahyu dalam makna tetapi bukan dalam lafazh. Oleh sebab itu, menurut mayoritas ahli Hadits diperbolehkan meriwayatkan al-Hadits al-Qudsi dengan maknanya saja.
Kelima
Membaca al-Qur’an al-Karim merupakan ibadah, karena itu ia dibaca di dalam shalat. Allah ta’ala berfirman:
فاقرءوا ما تيسر من القرآن –> المزمل : 20
Nilai ibadah membaca al-Qur’an  al-Karim juga terdapat dalam al-hadits:
من قرأ حرفا من كتاب الله تعالى فله حسنة ، والحسنة بعشر أمثالها ، لا أقول (الــم) حرف ، ولكن ألف حرف ، و لام حرف ، و ميم حرف –> رواه الترمذي عن ابن مسعود ، و قال : حديث حسن صحيح
Sedangkan al-Hadits al-Qudsi tidak disuruh membacanya di dalam shalat. Allah memberikan pahala membacanya secara umum saja. Maka membaca al-Hadits al-Qudsi tidak akan memperoleh pahala sebagaimana yang disebutkan dalam al-hadits mengenai membaca al-Qur’an bahwa pada setiap huruf terdapat sepuluh kebaikan.
 
»»  LANJUTKAN...

Makna dari Lafadz "SWT", "SAW", "As", "Ra"




Makna Kalimat/Lafadz dalam Islam yang yang sering kita dengar namun mungkin sebagian dari kita umat Islam tidak tahu makna atau arti dari kalimat tersebut.

S.W.T. adalah singkatan dari dua sifat Allah, yaitu Subhanahu wa Ta’ala. berarti Allah yang Maha Suci dan Maha Tinggi.
"Seandainya pada keduanya (di bumi dan di langit) ada tuhan-tuhan selain Allah, tentu keduanya telah binasa. Maha Suci Allah yang memiliki 'Arsy dari apa yang mereka sifatkan" (QS. Al-Anbiya':22)
Azza wa Jalla dan Jalla Jalaluhu adalah dua ungkapan yang disematkan pada lafadz Allah selain Ta`ala. Lafadz `Azza makanya adalah yang Maha Aziz atau Perkasa. Sedangkan lafadz Jalla maknanya adalah Agung.
… maka ketahuilah, bahwasanya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
(QS. Al-Baqarah : 209)
Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran / keagungan dan kemuliaan.” (QS. Ar-Rahman : 27)
 
S.A.W. merupakan singkatan dari Shallallahu`alaihi Wa Sallam, sebuah lafadz yang di sunnahkan kepada kita untuk mengucapkannya ketika menyebut nama Rasulullah SAW. Artinya adalah Semoga Allah memberikan shalawat dan salam kepadanya.
Perintah untuk bershalawat kepada Rasulullah SAW merupakan perintah dari Al-Quran yaitu :
Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi . Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab : 56)

A.s. biasa digunakan untuk menyingkat lafadz Alaihis Salam yang bermakna Semoga keselamatan dilimpahkan kepadanya. Ungkapan ini biasanya diberikan kepada para nabi dan Rasul termasuk juga para malaikat.
Dan kesejahteraan dilimpahkan atas para rasul.”(QS. Ash-Shaffaat : 181)

R.a. biasa digunakan untuk menyingkat lafadz Radhiyallahu`anhu/`anha / `anhum.
Lafadz ini juga merupakan ungkapan dan do'a yang disematkan kepada para sahabat Rasulullah SAW. Maknanya adalah Semoga Allah meridhainya. Bila kata terakhirnya `anhu maka dhamirnya untuk dia satu orang laki-laki. Bila kata terakhirnya `anhum maka dhamirnya mereka (jama`) dan bila kata terakhirnya `anha maka dhamirnya untuk dia seorang wanita.
Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.”(QS. At-Taubah : 100)
Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mu’min ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon , maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat .”(QS. Al-Fath : 18)

Naudzubillahi mindzalik adalah ungkapan meminta perlindungan kepada Allah dari bahaya atau madharat sesuatu hal. “…maka mintalah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Al-Mu`min : 56)

Wallahu a’lam bishshowab adalah ungkapan untuk menyatakan bahwa kita mengembalikan kebenaran itu hanya kepada Allah. Makna lafadz itu adalah Dan hanya Allah saja yang lebih mengetahui segala kebenaran.
…dan di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi Yang Maha Mengetahui.” (QS. Yusuf : 76)

Jazzakumullah Khoiran Katsiro maknanya adalah Semoga Allah memberikan balasan kepada Anda yang lebih baik dan lebih banyak. Ungkapan ini adalah bentuk do'a dan sekaligus rasa syukur kepada seseorang yang telah berjasa kepada kita. Ungkapan ini lebih sempurna dari sekedar mengucapkan kalimat terima kasih. Karena didalamnya selain ungkapan terima kasih juga ada do'a untuk memberikan yang lebih baik dan lebih banyak lagi.
Di sana pertolongan itu hanya dari Allah Yang Hak. Dia adalah sebaik-baik Pemberi pahala dan sebaik-baik Pemberi balasan.” (QS. Al-Kahfi : 44)

Read more: http://www.tadungkung.com/2012/05/makna-dari-lafadz-swt-saw-as-ra.html#ixzz2BdiMgYfN

Sumber : http://www.tadungkung.com
»»  LANJUTKAN...